Pemilihan Indukan Siap Pijah
Untuk melakukan pembenihan kepiting
bakau, kepiting bakau betina yang diperlukan bisa ditemukan di tempat
pembesaran kepiting bakau. Tentu kepiting bakau betina yang dipilih
haruslah yang sudah matang gonad. Kematang gonad pada kepiting bakau
betina bisa dilihat daro bagian bawah perut kepiting dengan cara membuka
katupnya.
Kepiting bakau betina yang sudah matang
gonad dan siap memijah mempunyai telur berwarna oranye gelap. Jika
kepiting bakau betina mempunyai telur yang belum matang dan ditandai
dengan warna yang masih kuning cerah, kepiting bakau betina ini perlu
diablasi di salah satu tangkai matanya.
Pemijahan
Kepiting bakau betina yang sudah matang
gonad kemudian ditempatkan ke dalam kolam pemijahan yang berupa bak
beton yang diberi sustrat pasir dan pipa PVC dengan ukuran panjang 30 cm
dengan dan diameter 20 cm yang bisa digunakan sebagai kakaban atau
tempat kepiting bersembunyi.
Pemberian Pakan
Untuk pemberian pakan, kepiting diberi
kerang, ikan, dan cumi segar sebanyak 10-15% dari berat kepiting setiap
harinya. Selain pakan alami, pakan formula juga berikan sebanyak 2% dari
berat tubuh kepiting. Untuk pakan tembahan, setiap 1-2 minggu sekali
kepiting diberi cacing laut (annelid) yang masih hidup.
Media Air
Selama proses pemijahan, ketinggian air
dijaga kurang lebih 30 cm. Air yang digunakan dalam kolam
perawatan tentunya adalah air laut yang sudah diberi kaporit dengan
dosis 10-20 ppm. Namun sebelum memasukkan kepiting bakau betina, air
tersebut sudah terlebih dahulu dinetralkan dengan memberikan sodium
thiosulfat setelah 12-24 hari. Penggantian air perlu dilakukan setiap
hari sebelum pakan diberikan.
Penetasan Telur
Induk kepiting bakau betina akan
mengeluarkan telur yang kemudian akan melekat pada akar rambut yang
terdapat pada kaki renang di sekitar katup perut. Pengecekan
dan penyortiran perlu dilakukan pada induk pembawa telur pada saat
penggantian air. Induk kepiting betina yang sudah matang telur
dipindahkan satu per satu ke dalam wadah berisi 300 liter air yang
mempunyai salinitas 32 ppt dan dilengkapi dengan aerator.
Pencegahan Kematian Telur
Pada fase ini, perawatan induk perlu
dilakukan secara seksama karena terkadang sebagian atau semua telur yang
sudah matang mati diakibatkan oleh infeksi jamur, kekurangan gizi pada
induk, stres, maupun kegagalan pembuahan. Infeksi bisa terjadi pada
proses pengeraman yang lebih lama akibat bakteri benang, protozoa,
maupun jamur. Risiko infeksi semakin tinggi karena terganggunya proses
pergantian oksigen pada membran telur. Pencegahan infeksi dilakukan
dengan cara memberikan 0,1 ppm Treflan atau 44% trifuralin setiap tiga
hari sekali pada bak penetasan.
Hasil penetasan telur pada
setiap perkawinan induk kepiting bakau dari jenis serta berat yang
berlainan akan menghasilkan zoeae dalam jumlah yang berlainan pula.
Biasanya telur kepiting bakau akan menetas setelah 7-14 hari pada suhu
26,5-31°C.
Pemeliharaan Zoeae
Zoeae disebarkan ke dalam kolam
penetasan dan pemeliharaan berupa bak beton yang berbentuk lingkatan
dengan ukuran diameter 4 m dan tinggi 1 m. Setiap liter air idealnya
dihuni oleh 50 zoeae. Pakan zoeae adalah rotiferBrachinus rotundiformis dengan
jumlah kepadatan 10-15 dalam setiap milimeter. Untuk pakan rotifer,
Chlorella sp. Perlu diberikan ke dalam kolam dengan kepadatan 50.000 sel
setiap mililiter. Proses pemeliharaan zoeae tahap III dan tahap
selanjutnya berbeda karena pakan yang diberikan adalah Nauplii artemia
salina dengan kepadatan 0,5-3 setiap mililiter.
Dalam proses pemeliharaan zoeae,
salinitas air perlu dipertahankan pada level 32-34 ppt dengan temperatur
26-30,5°C dan jam terang sebanyak 11-13 jam per hari. Penggantian air
perlu dilakukan sebanyak 30% setiap harinya semenjak hari ke-3 dan
meningkat hingga 80% sesuai dengan perkembangan larva.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar