Rabu, 31 Januari 2018

Cara Membuat Pakan Gurame


 Membuat Pakan Gurame dari Cacing Sutra

Cacing sutra atau cacing rambut terdiri atas dua lapisan otot yang membujur dan melingkar sepanjang tubuhnya. Panjangnya 10 – 30 mm dengan warna tubuh kemerahan. Saluran pencernaannya berupa celah kecil mulai dari mulut sampai anus. Cacing ini biasanya hidup di got atau parit dan di sungai berair dangkal yang banyak mengandung bahan organik.
Cacing ini hidup berkoloni dan menggumpal pada tempat tertentu. Seperti jenis cacing lainnya cacing sutra memiliki dua alat kelamin dan berkembang biak dengan cara bertelur dari betina yang telah matang telur. Budi daya cacing sutra dapat dilakukan sebagai berikut.
  • Gunakan wadah budi daya berupa parit beton atau kotak kayu berukuran panjang 5 -10 m, lebar 50 cm, dan tinggi 20 – 30 cm yang telah dilapisi plastik.
  • Lakukan pemupukan menggunakan kotoran ayam kering dicampur lumpur dengan perbandingan 1:1.
  • Ratakan media di dasar parit dengan ketebalan 5 cm. Media diairi dengan debit 900 ml per menit.
  • Sehari setelah media dialiri air, bibit cacing ditebarkan sebanyak 3 gram per m2 media.
  • Untuk menjaga keberadaaan pakan cacing, lakukan pemupukan ulang dengan kotoran ayam setiap seminggu sekali dengan dosis 10% dari jumlah pemupukan awal.
  • Cacing sutra dapat dipanen secara acak, dipilih populasi yang padat.
  • Cacing yang dipanen biasanya masih beserta medianya. Untuk menghilangkan medianya, letakkan cacing pada ember. Permukaan ember ditutup selama enam jam, maka cacing akan naik ke permukaan ember. Cacing yang bergerombol di dinding ember dapat diambil dengan tangan.
Kembali ke Daftar Isi

Membuat Pakan Gurame dari Daphnia sp.

Daphnia sp. merupakan keluarga Crustacea dari ordo Dladocera. Dinding punggungnya membentuk lipatan sehingga tampak seperti cangkang kerang. DI bagian belakang cangkang terdapat sebuah kantong yang berfungsi sebagai tempat penampungan dan perkembangan telur.
Daphnia sp. sering dijumpai di perairan yang banyak mengandung bahan organik terlarut. Namun, di perairan umum sulit ditemukan. Alternatif untuk mendapatkan bibitnya ada di Balai Benih Ikan (BBI) setempat. Makanan utama Daphnia sp. adalah tumbuhan renik (fitoplankton), sisa-sisa bahan organik (detritus), dan hewan renik (zooplankton). Pada suhu 22 – 31 C dan pH 6,5 – 7,4, Daphnia sp. dapat menjadi dewasa hanya dalam tempo empat hari. Namun, umurnya singkat hanya 12 hari. Cara pembibitan Daphnia sp. sebagai berikut.
  • Siapkan wadah berupa akuarium atau bak fiber berukuran 20 – 25 liter.
  • Cuci bak hingga bersih, kemudian keringkan di bawah sinar matahari.
  • Isi wadah dengan air bersih.
  • Lakukan pemupukan dengan cara membungkus kotoran ayam sebanyak 2 – 5 g/liter air menggunakan bahan strimin. Gantung bungkusan di air kolam atau akuarium.
  • Diamkan selama 4 – 5 hari, setelah itu warna air di dalam media akan berubah menjadi cokelat pucat sebagai tanda bahwa fitoplankton dan zooplankton sudah tumbuh subur dan media siap ditebari bibit Daphnia.
Pemeliharaan Daphnia sp. sebagai berikut.
  • Siapkan bak tembok atau bak fiber yang bervolume 1 ton.
  • Cuci bak hingga bersih dan keringkan di bawah terik matahari.
  • Isi wadah dengan air bersih.
  • Lakukan pemupukan dengan kotoran ayam kering sebanyak 2 – 5 gram yang dicampur secara merata dengan bungkil kelapa sebanyak 0,2 g/liter air.
  • Masukkan campuran pupuk ini ke dalam karung atau bungkus kain strimin, gantung dengan posisi terendam dalam bak.
  • Setelah pupuk basah, lakukan peremasan agar pupuk larut ke dalam air, biarkan selama 4 – 5 hari.
  • Tebarkan bibit Daphnia sp. sebanyak 10 – 20 ekor/liter air media.
  • Pada hari ketujuh populasinya akan mencapai puncak dan siap dipanen.
  • Untuk mempertahankan populasi lakukan pemupukan ulang 7 – 8 kali hari sekali sebanyak setengah dosis awal.
Kembali ke Daftar Isi

Membuat Pakan Gurame dari Infusoria

Infusoria adalah organisme bersel tunggal yang termasuk dalam filum protozoa. Ada dua kelompok infusaria, yakni ciliate yang berambut getar dan flagelata yang berambut cambuk. Ukuran infusaria hanya 40 – 100 mikron. Organisme ini mampu berkembang biak dengan cepat di lingkungan yang banyak mengandung bahan organik, seperti di perairan yang dialiri limbah rumah tangga, air jerami busuk, perairan di limbah pasar, dan berbagai perairan yang banyak mengandung bahan organik.
Pakan infusoria berupa bakteri, protozoa kecil, ganggang renik, dan ragi. Infusoria dari kelompok ciliate adalah Paramesium yang berukuran 80 – 350 mikron, sementara itu dari kelompok flagelata adalah Euglena. Di persawahan, infusoria dapat ditemukan di antara jerami padi setelah panen dan di kolam atau rawa yang banyak ditemukan di antara tanaman air.
Infusoria merupakan makanan alami yang dapat dikultur. Cara mengulturnya sebagai berikut.
  • Keringkan kolam di bawah terik matahari hingga dasarnya retak-retak.
  • Lakukan pencangkulan dan pembajakan untuk membalik tanah dasar kolam sehingga udara dapat masuk ke dasar kolam.
  • Lakukan perbaikan saluran pemasukan air kolam dan tutup jika ada kebocoran tanggul.
  • Setelah kolam kering selama seminggu, aliri kolam dan tutup jika ada kebocoran tanggul.
  • Lakukan pemupukan dengan menebar secara merata irisan jerami atau daun kol sebanyak 5 kg/m3 air.
  • Supaya proses pembusukan cepat terjadi iris jerami dan kol hingga kecil-kecil.
  • Usahakan agar sirkulasi kolam dalam kondisi baik.
  • Setelah seminggu, populasi infusoria sudah pada puncaknya sehingga dapat dilakukan pemanenan.
  • Pemanenen menggunakan serokan halus dengan cara menyerok infusoria dari air kolam, kemudian ditampung ke dalam ember.
  • Cara lain pemanenan infusoria dengan menggunakan pompa air, yang airnya dialirkan ke dalam wadah.
Kembali ke Daftar Isi

Membuat Pakan Gurame dari Moina sp.

Hewan renik dari kelas Crustacea dan ordo Cladocera ini juga disebut kutu air. Banyak yang menggunakan ini hewan ini sebagai pakan ikan kecil atau benih. Bentuk tubuhnya melabar ke samping dengan ruas-ruas pada tubuhnya. Dinding tubuh bagian punggung membentuk lipatan sehingga tampak seperti cangkang kerang. Di bagian belakang cangkang terdapat sebuah kantong yang berfungsi sebagai tempat penampungan dan perkembangan telur. Moina sp. banyak ditemukan di perairan yang banyak mengandung bahan organik terlarut. Makanan utamanya terdiri atas tumbuhan renik, sisa bahan organik dan hewa renik hyang elbih ekcil. Telur hewan ini berkembang tanpa perkawinan. Cara mengultur Moina sp. sebagai berikut.
  • Gunakan bak plastik, bak semen, atau fibreglass berkapasitas satu ton. Bak harus terlindung dari cahaya matahari secaralangsung. Bak diisi dengan air tawar setinggi 60 cm. Usahakan suhu air 27 – 30 C.
  • Sebagai pupuknya gunakan kotoran ayam dan bungkil kelapa. Sekitar 10 kg kotoran ayam kering dilarutkan ke dalam 90 liter air. Larutan ini direndam selama 10 hari dan diberi aerasi menggunakan blower. Sedangkan bungkil kelapa ditumbuk halus, lalu diayak dan disaring.
  • Pemupukan dilakukan dengan mencampurkan 1.000 ml/ton larutan kotoran ayam ke dalam 200 gram/ton bubuk bungkil kelapa. Campuran tersebut dimaskukkan ke dalam kantong dari kain dan diperas berkali-kali sampai seluruh cairannya keluar. Cairan gtersebut kemudian dimasukkan ek dalam kolam pengulturan.
  • Bibit moina dimasukkan ke dalam kolam setelah 18 hari pemupukan. Padat penebarannya sekitar 30 ekor/liter. Ukuran moina yang digunakan lebih dari 500 mikron.
  • Jika pemeliharaannya baik, dalam tempo tujuh hari setelah bibit ditebar, moina sudah dapat dipanen karena jumlah moina sudah mencapai 5.000 ekor/liter.
  • Moina dipanen menggunakan seser dengan lubang halus, kemudian ditampung dalam ember atau wadah khusus.
Moina dapat dipelihara supaya ketersediaan pakan dapat berlanjut. Cara pemeliharaannya sebagai berikut.
  • Pemeliharaan Moina dilakukan di kolam tembok atau di kolam tanah berukuran 100 – 150 m2.
  • Keringkan kolam di bawah terik matahari hingga dasar kolam retak-retak.
  • Cangkul dasar kolam untuk membalik tanah sehingga udara masuk ke dasar kolam.
  • Jika ada yang rusak, perbaiki saluran air dan tutup kebocoran pada tanggul.
  • Larutkan kotoran ayam kering sebanyak 10 kg ke dalam 90 liter air.
  • Diamkan larutan tersebut selama satu minggu dan berikan aerasi ke dalamnya.
  • Tambahkan tepung kedelai dan tepung kelapa yang sudah diayak dengan saringan 500 mikron.
  • Campurkan bungkil kelapa sebanyak 200 gram/m3 ke dalam 1 liter/m3 larutan di atas. Setelah diaduk rata, masukkan ke dalam karung dan gantung di dalam wadah pemeliharaan. Supaya proses pemupukan merata, campuran adonan dapat dibagi menjadi beberapa karung dan diletakkan di setiap sudut kolam.
  • Sehari kemudian, masukkan bibit Moina ke dalam kolam dan lakukan pemeliharaan selama satu minggu.
  • Pada hari kedelapan, populasi Moina mencapai sekitar 4.000 ekor/liter air. Saat itu, Moina sudah dapat dipanen menggunakan scoop net yang digunakan berukuran 500 -1000 mikron, Moina akan terpisah dari jenitk nyamuk yang menumpang hidup di dalam kolam.
  • Untuk mempertahankan populasi Moina, pemupukan dilakukan 4 -5 hari sekali sejak pemanenan pertama dengan dosis seperempat dari dosis awal.
Kembali ke Daftar Isi

Membuat Pakan Gurame dari Rotifera

Rotifera merupakan organisme yang memiliki tajuk mahkota bulat yang berbulu getar seperti roda (korona). Jenis rotifera yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan alami adalah Brachionus sp., Karatella sp., dan Pilodina sp. Rotifera termasuk jenis udang renik dari filum Trochelminthes yang berukuran 50 – 100 mikron. Rotifera banyak hidup di perairan yang mengandung bahan organik tersuspensi sebagai bahan buangan. Makanannya adalah ganggang renik, ragi, bakteri, dan potozoa yang berukuran lebih kecil. Jenis yang paling banyak ditemukan adalah Brachionus.
Pengulturan Rotifera sebagai berikut.
  • Gunakan kolam tembok atau kolam tanah berukuran 100 – 300 m2.
  • Keringkan kolam selama 2 – 4 hari dan jemur hingga dasar kolam retak-retak. Jika kolam dari semen, biarkan kolam sampai benar-benar kering.
  • Lakukan pencangkulan dan pembalikan tanah pada dasar kolam.
  • Perbaiki saluran pembuangan air. Jika terjadi kebocoran, segera ditambal. Lakukan pengapuran dengan menggunakan kapur pertanian (biasanya kapur tohor) untuk memperbaiki pH tanah dan membunuh bibit penyakit. Dosis yang digunakan 200 – 300 kg kapur tohor untuk 1m2 kolam.
  • Tebar secara merata irisan jerami atau daun kol sampah pasar dengan dosis 500 g/m2 air.
  • Isi kolam dengan air hingga tergenang dan mencapai ketinggian 30 – 50 cm.
  • Di hari keempat setelah penggenangan, semprot dengan insektisida Sumithion 50 EC dengan dosis 4 ppm. Insektisida ini digunakan untuk membunuh organisme pemangsa Rotifera, seperti Cladocera.
  • Di hari ke-6 atau ke-7 sesudah penyemprotan, pemeliharaan Rotifera telah bisa dimulai.
  • Sepekan mendatang Rotifera akan bermunculan dan jumlah populasi terbanyak.
  • Rotifera dapat dipanen menggunakan seser yang berjaring halus, dengan cara menyeser air yang berisi Rotifera, kemudian menampungnya ke dalam ember.
  • Cara lain adalah dengan memompa air ke wadah khusus.
  • Pemupukan ulang dilakukan untuk mempertahankan populasi. Takaran pupuk cukup setengah dari dosis pemupukan awal. Pemupukan ulang dilakukan setiap 5 – 6 hari sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar